Senin sore Iman pulang sekolah sambil menangis. Nalarius,ayahnya, terkejut melihat anaknya yang terkenal bandel itu pulang sambil menangis. Tidak seperti biasanya.
“Napa, Man? Kalah berkelahi?” Tanya ayahnya.
“Masak Pak Guru Hedon bilang, Tuhan itu gak ada.”
“Tahu dari mana dia?! Apa katanya??”
“Tadi aku dan teman-teman disuruh berbaris, aku jadi komandannya. Trus, Pak Hedon nanya siapa yang percaya kalau Tuhan itu ada. Kami semua angkat tangan. Trus, Pak Hedon nyuruh kami teriak-teriak, ‘Tuhan…Tuhan beri kami coklat…..’ setengahjam-an kami teriak begitu sambil menadahkan tangan dan kepala ke atas. Tapi…Tuhan memang tidak memberi coklat. Trus, Pak Hedon nanya lagi siapa yang masih percaya kalu Tuhan itu ada. Tinggal aku sendiri yang angkat tangan. Pak Hedon menyuruh kami mengangkat tangan lagi sambil bilang, ‘Pak Guru…Pak Guru… kami minta coklat.’
Bener, gak ada 5 menit kami semua sudah mendapat coklat. Pak Hedon langsung ngomong, ‘Nah anak-anak, Tuhan itu memang tidak ada karena tidak kelihatan, apa lagi mau memberi coklat. Pak Guru baru ada, yang kelihatan dan baik hati ini. Siapa yang sekarang masih percaya kalau Tuhan itu ada?’ Aku tetap angkat tangan tapi malah ditertawakan teman-teman. Ya Iman pulang aja sambil nangis,” papar Iman
Kemudian Nalarius membisikkan sesuatu ke telinga anaknya. Imanpun senyum-senyum. Keesokkan harinya Iman meminta teman-temannya berbaris dan ia juga memanggil Pak Hedon.
“Teman-teman, sekarang aku mau buktiin kalau Tuhan itu ada. Jawab pertanyaanku ya : Teman-teman bisa lihat Pak Guru, rambut, mata, kaki, tangan, dan telinganya gak?”
“Bisa!!”
“Berarti Pak Guru memang punya kaki, tangan, rambut dan kepala, karena kita bisa melihatnya. Sekarang jawab lagi pertanyaanku : Teman-teman bisa lihat otak Pak Guru gak?”
“Tidaakkkkk….!!!!!”
“Berarti Pak Guru tidak punya otak dong!”
0 komentar:
Posting Komentar